Mahasiswa Kehutanan dan Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri kabarnya dewasa ini mencuat kembali. Revolusi industri yang santer dibicarakan akibat adanya versi terbaru dari revolusi industri itu sendiri, yaitu revolusi industri 4.0.
Sejarah mencatat dengan adanya revolusi industri maka selalu ada dampak signifikan yang dirasakan di segala bidang kehidupan.
Revolusi industri versi 1.0 ditandai dengan adanya mesin mekanis bertenaga uap yang menggantikan tenaga manusia dan memberikan dampak pada terjadinya PHK masal yang berujung pada banyaknya masalah sosial.
Sama seperti revolusi industri versi 1.0, versi 2.0 juga telah menggerus tenaga manusia oleh mesin dan memberikan dampak sosial yang sangat luas. Revolusi ini ditandai dengan mekanisasi pembuatan dan penggunaan besi dan baja dalam skala luas sehingga banyak diproduksi alat tranportasi seperti sepeda motor, mobil, pesawat terbang, dan alat berat.
Versi ketiga revolusi industri ditandai dengan diterapkannya elektronisasi dan penerapan teknologi informasi untuk otomatisasi industri. Sistem otomatisasi yang berbasis komputer menyebabkan banyak mesin industri tidak lagi dioperasikan oleh manusia.
Versi keempat saat ini ditandai dengan adanya penggunaan internet di segala bidang. Dampaknya sudah sangat terasa, mulai dari banyaknya ojek online yang melindas ojek konvensional, tutupnya bisnis tiket konvensional, maraknya jual beli online, dan banyaknya berita hoax yang menjerumuskan.
Revolusi industri pada intinya terjadi akibat adanya inovasi, manusia mana pun yang tidak melakukan inovasi akan terlindas oleh zaman, begitupun dengan para stakeholder di sektor kehutanan.
Inovasi dan suntikan teknologi wajib hukumnya ada di sektor kehutanan dan yang harus menjadi pelopor akan hal itu adalah mahasiswa kehutanan yang termasuk dalam bagian generasi Z yang merupakan kelanjutan dari generasi Y atau lebih dikenal dengan generasi milenial.
Mahasiswa kehutanan sebagai generasi Z penting menjadi pelopor inovasi pada sektor kehutanan karena generasi ini cenderung memiliki penguasaan teknologi lebih maju daripada generasi-generasi sebelumnya. Penguasaan teknologi berpeluang menciptakan berbagai inovasi baru untuk kelestarian hutan. Namun, kemampuan critical thinking dan design thinking masih sangat perlu diasah oleh para mahasiswa kehutanan untuk menjadikan masalah yang ada menjadi peluang.
Selain sektor kehutanan, para mahasiswa yang akan bergelar SHut dapat merambah ke ranah lingkungan atau energi alternatif. Mahasiswa kehutanan memiliki kapasitas yang cukup untuk bersaing di bidang tersebut.
Permasalahan limbah di perusahaan pemegang IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT pun apabila dicermati akan menghasilkan inovasi pencetusan energi alternatif untuk menjaga lingkungan tetap baik.
Aplikasi sistem monitoring DAS secara real time pun merupakan salah satu inovasi yang bisa dikembangkan untuk meminimalisir bencana banjir.
Ide lain yang bisa diaplikasikan misalnya membuat platform jual beli kayu di hutan rakyat yang saat ini sistemnya masih kacau akibat rantai ekonomi yang cukup panjang.
Namun, hal yang harus diingat untuk tetap survive di era hari ini adalah eksekusi ide menjadi bagian yang paling krusial. Banyak ide-ide yang hanya menjadi ide dan bahkan ide tersebut justru dieksekusi pihak lain. Ide itu bagaikan permata yang masih berada di dasar tanah, apabila tidak digali maka permata itu selamanya tidak akan menjadi milik kita.
Sumber :