<span class="dojodigital_toggle_title">KULIAH UMUM Mata Kuliah Sarjana: Sistem informasi geografis terapan kehutanan Mata Kuliah Pascasarjana: Sistem informasi Geografis untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan</span>

KULIAH UMUM Mata Kuliah Sarjana: Sistem informasi geografis terapan kehutanan Mata Kuliah Pascasarjana: Sistem informasi Geografis untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Departemen Manajemen Hutan di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University menyelenggarakan kembali kuliah umum bagi mahasiswa program Sarjana dan pascasarjana yang mengambil mata kuliah Sarjana Sistem informasi geografis terapan kehutanan dan mata kuliah pascasarjana sistem informasi geografis untuk pengelolaan sumberdaya hutan. Acara kuliah umum tersebut diadakan secara daring pada tanggal 28 Mei 2024, mulai pukul 20.00 hingga 22.30 WIB.

Kuliah umum dimulai dengan sambutan dari penanggung jawab mata kuliah yaitu Prof. Dr. I Nengah dilanjutkan dengan sambutan dari ketua Departemen Manajemen Hutan Bapak Dr. Soni Trison. Kuliah umum ini menghadirkan dua narasumber yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang sistim informasi geografis. Mereka adalah Dr. Sigit Nugroho, yang merupakan perencana ahli madya di Direktorat PPKH, KLHK dan Bapak Dr. Riva Rovani selaku staff fungsional Pengendali Ekosistem Hutan di Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan Ditjen PKTL, KLHK.Kuliah di mulai dengan pemaparan dari Dr. Riva Rovani yang menjelaskan mengenai pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam sistem monitoring hutan di Indonesia. Ucapnya “Pemanfaatan tersebut merupakan langkah penting dalam mengatasi tantangan pemantauan sumberdaya hutan untuk perencanaan kehutanan”. Selanjutnya melalui berbagai inisiatif seperti SIMONTANA (Sistem Monitoring Hutan Nasional), SIGAP Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kebijakan Satu Peta (KSP) Nasional, pemerintah menjawab panggilan untuk menguasai data, informasi, dan teknologi geospasial. Ini memungkinkan analisis komprehensif terhadap isu strategis lingkungan hidup dan kehutanan seperti perubahan iklim, deforestasi, dan kebakaran hutan serta lahan, ungkapnya.

Selanjutnya Dr. Riva juga menjelaskan mengenai langkah telah diambil untuk menghadapi tantangan, termasuk pengelolaan hutan berbasis lanskap, moratorium permanen terhadap izin hutan alam primer dan lahan gambut, penerapan prinsip daya dukung lingkungan hidup, penyelarasan arah kebijakan lingkungan hidup, hingga pembangunan ketahanan iklim. Melalui kemitraan antara pemerintah dan swasta, konservasi keanekaragaman hayati, hingga penguatan akses pengelolaan hutan oleh masyarakat, upaya menyeluruh dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekonomi dan lingkungan serta menegakkan penegakan hukum.

Pentingnya perencanaan hutan nasional di Indonesia tercermin dalam luasnya kawasan hutan yang mencapai lebih dari 126 juta hektar. Ini membutuhkan pengelolaan yang baik melalui perencanaan, pengelolaan, pengawasan, penelitian, pengembangan, pendidikan, dan penyuluhan kehutanan. “Melalui SIMONTANA dan NFMS, pemerintah mengambil langkah konkret dalam memantau sumber daya hutan secara nasional dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh” ucap Dr. Riva. Dalam pelaksanaannya, SIMONTANA terus dikembangkan untuk menyediakan data geo-spasial penutupan hutan dan lahan secara akurat, transparan, terintegrasi, dan terkini. Dr. Riva juga menjelaskan dukungan pada berbagai resolusi citra satelit, mulai dari resolusi tinggi hingga rendah, memungkinkan analisis yang lebih mendalam terhadap deforestasi, reforestasi, dan perubahan penutupan lahan. Untuk itu melalui perpaduan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis, Indonesia berupaya menjaga kekayaan sumber daya alamnya dengan mengoptimalkan pemantauan hutan secara nasional, Jelasnya.

Kuliah umum dilanjutkan dengan pemaparan dari narasumber kedua yaitu Dr. Sigit Nugroho yang membahas mengenai pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Remote Sensing dalam pengelolaan sumberdaya hutan serta pencapaian target FOLU Net Sink 2030. Dr. Sigit Nugroho, yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang luas dalam bidang ini, menjelaskan evolusi pengelolaan hutan dari berbagai perspektif, mulai dari konsep pengaturan nilai ekstrinsik hingga pendekatan berbasis multi tujuan dan multi kriteria.

Ungkapnya “penggunaan SIG dan teknologi Remote Sensing menjadi kunci dalam pemantauan sumberdaya hutan dan mencapai target FOLU Net Sink 2030”. Melalui pemantauan yang cermat menggunakan data spasial, termasuk pengelolaan lahan dan penggunaan lahan, serta pengendalian deforestasi dan degradasi lahan, Indonesia bertujuan untuk mencapai target ambisius dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan.

Selain itu teknologi SIG memainkan peran penting dalam perencanaan, monitoring, dan evaluasi kebijakan pengelolaan hutan. Dengan data spasial yang akurat, pemerintah dapat mengidentifikasi lokasi prioritas untuk mitigasi, memantau perubahan lahan, dan mengukur capaian target FOLU Net Sink 2030. Lalu penggunaan SIG juga mendukung peningkatan kapasitas lembaga dan sumber daya manusia dalam pengelolaan sumberdaya hutan, jelas Dr. Sigit.

Dalam penutupannya, Dr. Sigit Nugroho menegaskan pentingnya terus mendorong inovasi dalam pengembangan teknologi SIG sesuai dengan tuntutan zaman dan tantangan kompleks dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Dengan demikian, Indonesia dapat terus bergerak menuju pencapaian target FOLU Net Sink 2030 untuk menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Redaktur : Afda Refani

×

Hello!

Silahkan hubungi saya jika ada pertanyaan seputar Departemen Manajemen Hutan IPB University

× perlu bantuan?